Sebuah Jurnal

[Curhat Traveller] Hanoi: Awal Perjumpaan

Duduk di dingklik, salah satu yang khas dari Vietnam
Jarak dan waktu tempuh melalui jalur darat yang cukup memakan waktu membuat kami memilih perjalanan udara ke Hanoi. Dan di sinilah kami. Mendarat dengan baik di Noi Bai International Airport. Saat keluar dari arrival hall, kami mencari bus menuju Long Bien, halte bus dekat Old Quarter. Rencana mau naik bus no.86 tapi nggak kelihatan. Kami juga sempat ditawari untuk naik van, per orangnya VND 100.000 langsung diantarkan sampai ke depan hotel.

Terakhir, bus yang mangkal itu bus no.17 dan memang menuju Long Bien sebagai perhentian terakhirnya. Kami pun naik. Harga pastinya lupa berapa (biasa saya foto, tapi mungkin saking semangatnya plus sudah gelap jadi kelupaan). Yang pasti harganya jauh lebih murah ketimbang naik van. Bus terus melaju dan berhenti sebentar- sebentar untuk mengangkut dan menurunkan penumpang. Jalanan gelap yang dilalui juga membuat saya terheran- heran, apakah benar kondisi ibukota memang seperti ini.


Setibanya di Long Bien, saya membuka aplikasi peta menuju hotel. Putar kesana kemari kok belum ketemu- ketemu hotelnya. Padahal sudah lewat daerah ramai. Saya rasa benar ini Old Quarter. Malam itu merupakan malam perayaan Mid Autumn Festival dimana masyarakat sekitar berkumpul dan makan bersama, anak- anak bermain lampion, dan ada atraksi barongsainya. Namun, saya yang sudah capai memanggul ransel dan lapar tidak  lagi bersemangat. Sudah hampir setengah jam berkeliling tapi nggak sampai- sampai di hotel.
Kondisi seperti itu membuat saya ingin menangis saja. Ekspektasi saya terlalu tinggi rupanya terhadap kota ini. Singkatnya, saya bilang ke Mama bahwa saya kapok datang ke Hanoi. Old Quarter tidak menyambut saya. *drama*

jalanan di Long Bien
Baru saya ngeh, kenapa nggak pesan taksi online saja? Duh, rempong banget ya daritadi mutar- mutar. Ha ha. Sekali klik, langsung dapat dan akhirnya bisa melepaskan ransel dan duduk dengan nyaman. Ternyata hotelnya dekat saja teman- teman.

Setelah check in dan menaruh ransel kami, kami keluar mencari makan. Setelah masuk ke beberapa toko, semua pada habis dan akhirnya kami makan mi yang diseduh kuah berwarna kehitaman. Dari rasanya, saya menduga itu kuah dari ramuan obat herbal seperti yang – kadang- kadang – dimasak oleh Mama saya di rumah.

suatu pagi dari kaca jendela bus
Permasalahan selanjutnya yang muncul adalah kami belum reservasi tiket ke Ha Long Bay. Nah! Masak main ke Hanoi tapi nggak sempat ke Ha Long Bay? Seperti yang diberitakan, di sepanjang Old Quarter bertebaran The Sinh Tourist. Kabarnya juga banyak yang nggak asli. Jadi saya sudah parno duluan. Cari yang asli tapi sudah nggak sempat karena sudah di atas jam 10 malam dan kantor sudah tutup (itu info dari mbah Google)

Akhirnya kami mencoba masuk ke sebuah hostel, yang menyediakan akomodasi ke Ha Long Bay ini. Namanya Hanoi Heart Hostel. Pikir saya kenapa bisa dapat di harga $25. Ternyata itu harga 'mulai dari'. Jadi kalau teman- teman hanya naik kapal, keliling doang, dapat harga segitu. Oleh pihak hostel, kami ditawari paket Deluxe, dimana sudah all in semua.  Harganya $40.

Petugas hostelnya ramah banget dan dia juga memberikan dua botol air mineral kepada kami. Dengan detail dijelaskannya mengapa kami lebih baik ambil paket ini. Kami pun deal dan kembali ke hotel dengan harapan bahwa turnya nyata dan nggak abal- abal. He he. *efek kebanyakan browsing*

Acara jalan kaki ke hotel menjadi penutup malam pertama yang pahit di Hanoi. Sampai jumpa di postingan selanjutnya ^^


P.S : Ternyata Hanoi tidak seburuk yang saya kira. Persis seperti pepatah lama yang mengatakan bahwa nggak kenal maka tak sayang. Di hari selanjutnya berada di Hanoi membuat kesan buruk saya perlahan menguap. Saat hendak kembali ke Indonesia, rasanya masih enggan. Memang waktu beberapa hari tidaklah cukup untuk mengeksplorasi Vietnam. Suatu hari, jika berkesempatan ke Vietnam lagi, Hanoi akan menjadi salah satu kota yang saya kunjungi kembali J
Be First to Post Comment !
Post a Comment