Sebuah Jurnal

Kulineran Tongseng Sapi Favorit di Hangout Coffee

Liburan nggak kebagian jatah traveling memang paling oke kalau dilewatkan bersama keluarga dan tentunya kuliner yang cocok di lidah. Malam Natal yang lalu, bertepatan dengan anniv-nya Papa dan Mama, kami sekeluarga makan di Hangout Coffee. Kenapa di sini? Karena ada tongseng favorit Papa di sini.

Kami pesan Tongseng Sapi dan Kari Susu Ayam dengan tambahan nasi putih. Cukup pesan dua porsi karena satu porsinya cukup banyak sehingga cukup untuk berdua. Tongsengnya masih enak seperti terakhir kali kami makan di sini. Daging sapinya empuk dan juga pedasnya pas, tidak terlalu pedas untuk saya yang bukan pemakan masakan pedas. Kuahnya wangi dan berasa banget. Karinya juga nggak kalah cetar ya walau nggak pakai santan. Wangi dan gurih.
Tongseng Sapi (45k). Yang nggak makan pedas hati- hati 'ranjau'nya :p
Kari Susu Ayam (35k)

Menikmati Alam dari Gedung Merpati


Teman- teman yang sudah nonton AADC 2 pasti nggak asing dengan ‘Gereja Ayam’ yang semakin hits setelah film itu diputar. Saya sebenarnya belum tahu. Pas di kamar hotel di Sentul, teman saya bilang ke saya untuk pergi ke Gereja Ayam kalau jadi ke Jogja. Saya pun bertanya dengan polos tentang Gereja Ayam. Teman saya pun menjelaskan kalau lokasi itu merupakan lokasi syuting film AADC2 – yang belum saya tonton karena saya sendiri lupa kapan terakhir kali saya masuk bioskop. He he.

Seperti biasa (melakukan ritual sebelum mengunjungi suatu tempat),  saya mulai browsing mengenai Gereja Ayam ini dan mendapati bahwa pengunjung gereja ini memang banyak dan foto- foto mereka kece- kece, bahkan ada yang pasangan pengantin yang prewed di sini lho. Harus singgah ke sini nih. Lokasinya tidak jauh dari Borobudur. Jadi setelah puas main di Borobudur, kami berangkat menuju Gereja Ayam.
lantai pertama saat memasuki gedung
Sebenarnya gedung ini berbentuk merpati namun karena bentuknya itu gedung ini disebut sebagai Gereja Ayam. Gereja Ayam berlokasi di Bukit Rhema. Fakta lainnya, pendiri Gedung Merpati ini, Daniel Alamsjah, mendirikan gedung ini sebagai rumah doa, bukannya gereja. Gedung ini digunakan sebagai tempat ibadah bahkan sebagai pusat rehabilitasi bagi para pecandu narkoba dan penderita gangguan kejiwaan.


Dari lokasi parkir, kami berjalan menuju bukit. Sebelum melanjutkan perjalanan, beli karcis masuk dulu ya. Harganya Rp 10.000,- per orang. Hasil penjualan karcis ini akan digunakan sebagai sumbangan untuk pembangunan sebagai tempat wisata. Bagi teman- teman yang ingin lebih cepat sampai atau takut kecapaian karena jalanannya nanjak, tersedia ojek yang akan mengantarkan teman- teman sampai di depan Gedung Merpati dengan menggunakan jip. Biayanya Rp 7.000,- per orang.

Borobudur Setelah Enam Tahun Penantian


Borobudur selalu menempati urutan teratas dalam agenda liburan saya – yang sayangnya belum kesampaian. Kali ini, setelah enam tahun berlalu, akhirnya saya dan teman- teman bisa juga mengunjungi Candi Borobudur. Senang banget ya.

Candi Borobudur dari kejauhan 
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan ke Borobudur memakan waktu lebih lama ketimbang ke Prambanan. Hampir satu jam dari tempat kami menginap.

Sesampainya di kompleks candi, kami segera berjalan menuju loket. Loketnya dibagi dua, yaitu loket yang menjual tiket untuk wisatawan lokal dan wisatawan asing. Harga tiket masuk per orangnya Rp 30.000,- (ada tiket terusan untuk mengunjungi Candi Prambanan dan Boko, tapi kami takut tidak sempat, jadinya hanya membeli tiket masuk Candi Borobudur saja). Untuk wisatawan asing, harga tiketnya USD 25.

Kompleks Candi Borobudur ini luas sekali. Saya bahkan celingak celinguk karena Candi Borobudur tak tampak. Barulah setelah berjalan beberapa saat, candi kelihatan. *abaikan saya yang terlalu bersemangat* Kami datang pada hari biasa, hari Senin, jadi tidak terlalu ramai.

Backpackneymoon: Travel With The One You Love - Susan Natalia Poskitt

Judul                     : Backpackneymoon
Pengarang          : Susan Natalia Poskitt
Penerbit              : B First
Tebal                     : 210 halaman

Sinopsis :
Biasanya, honeymoon selalu diidentikkan dengan menginap di hotel berbintang 5 dan bersantai di pantai. Namun, Susan dan Adam (@pergidulu) memilih untuk menciptakan konsep honeymoon yang berbeda. Backpackneymoon, demikianlah istilah yang mereka buat, terinspirasi dari honeymoon ala backpacking.

Selain traveling menggunakan backpack, campervan pun dipilih sebagai sarana transportasi sekaligus akomodasi. Unsur backpacking yang diambil adalah menekan bujet supaya bisa traveling (dalam hal ini honeymoon) lebih lama. Jika biasanya honeymoon hanya berkisar antara beberapa hari sampai seminggu, mereka menjalaninya selama dua bulan. Tujuan yang dipilih pun bukanlah pantai dengan suasana tropis, melainkan negara yang sedang mengalami musim dingin, Australia dan Selandia Baru.

Mereka telah membuktikan dedikasi mereka sebagai pasangan traveler pertama yang mampu menggabungkan catatan perjalanan berbumbu romansa (yang nggak bikin enek!), disertai panduan dan bujet terlengkap. Harapannya, siapa pun bisa menikmati dan terinspirasi ikut ber-backpackneymoon. Tak selalu harus ke luar negeri, buku ini mendorongmu untuk melakukan eksplorasi sesuai minat, waktu, dan bujet yang dimiliki. Jadi, tunggu apa lagi? Start planning your own backpackneymoon trip today! J

Review :
Punya rencana untuk mengunjungi Selandia Baru? Ingin mencoba menjelajah dengan bebas tanpa terikat itinerary dan jadwal? Teman- teman wajib baca buku ini kalau iya. Bersama suaminya, Adam, Susan mengeksplorasi Selandia Baru dengan campervan. Mereka menyewa dari perusahaan internasional yang ada di Australia dan Selandia Baru. Pilihan campervan-nya pun dijabarkan dalam buku ini.

Susan berbagi tips dan informasi- informasi penting yang teman- teman butuhkan selama berkeliling di Selandia Baru dengan lengkap beserta rincian biayanya. Tentu saja biayanya tergantung kebutuhan dan pengeluaran teman- teman. Tapi setidaknya dengan adanya rincian yang diberikan, kita jadi tahu perkiraan dana yang diperlukan untuk mengunjungi negeri burung kiwi itu.

Lokasi- lokasi yang dikunjungi Susan dan Adam merupakan kawasan alam. Ya, Selandia Baru memang menawarkan wisata alam yang sangat menggugah, dimulai dari danau, gletser, taman nasional, hingga kolam pemandian air panas yang dikelola dengan sangat baik.



Kelebihan dari buku ini yang saya suka adalah gaya menulis Mbak Susan yang sangat menarik untuk diikuti. Jadi saat membaca tidak terasa bosan ataupun jadi bete karena foto- fotonya tidak berwarna dan warna jingga yang mendominasi. Infonya yang lengkap juga akan sangat membantu backpacker yang ingin berwisata ke Selandia Baru. Sejak membaca buku ini, saya rajin mengunjungi website pergidulu. Hehe.

Acara bulan madu tidak monoton dan malah seru karena kita bisa bebas tanpa harus terikat jadwal. Apalagi jika memiliki waktu panjang seperti Susan dan Adam, pasti puas deh. Hanya saja untuk menyewa campervan di Selandia Baru dan Australia, penyewa wajib memiliki SIM Internasional. Harga sewanya pun bervariasi dari van  sederhana hingga van mewah.


Saya tidak bisa me-review dengan detail karena pastinya akan jauh lebih seru kalau teman- teman baca sendiri ya. Buku ini sudah selesai saya baca beberapa bulan yang lalu tapi sampai sekarang masih saja tetap semangat kalau lihat buku ini dan semakin kepingin mengunjungi Selandia Baru – alasan awal saya beli buku ini. Penasaran dan ingin lebih banyak mendapatkan informasi mengenai wisata alam di Selandia Baru? Ikuti petualangan seru Susan-Adam dalam Backpackneymoon. Selamat membaca ^^