Sebuah Jurnal

Amazing Siem Reap : Angkor Wat, Angkor Thom, and Ta Phrom

Angkor Wat menjadi tujuan utama kami datang ke Siem Reap. Dan akhirnya kesampaian juga kemari sejak namanya hanya pernah didengar dari guru IPS dan fotonya hanya bisa dilihat dari buku sejarah, itupun tidak berwarna alias hitam putih.

Untuk bisa sampai di Angkor Wat, ada beberapa opsi. Tur yang paling mudah, tinggal pesan dan bayar lalu berangkat. Bisa juga dengan menyewa tuktuk. Kami memilih opsi kedua, yaitu dengan menyewa tuktuk. Pesannya waktu masih di Medan. Kebetulan waktu browsing, ketemu rekomendasi dan contact number abangnya, jadi langsung dihubungi saja via WA. Dan nggak mengecewakan. Service-nya bagus. Mr. Safy bisa dihubungi di +855 81918918. Kalau datangnya grup, pesan van juga bisa. Waktu itu kami hanya berdua jadi pesannya tuktuk saja, $20 untuk satu hari.


Janjinya jam 9 pagi, tapi driver kami sudah tiba di depan hotel jam 8.30an. Setelah oke, kami pun berangkat. Enaknya, nggak usah takut kehausan karena di tuktuknya sudah tersedia air mineral dingin. Perjalanan ke Angkor Wat sendiri nggak jauh- jauh amet. Setengah jam berkendara dari hotel (itupun sudah termasuk kami singgah sebentar untuk beli tiket bus malamnya), kami pun tiba di Angkor Archaeological Park Ticket Center. Ya, tempat penjualan tiket masuknya beda ya sama candinya. Dan bagus banget ticket centernya.

Angkor Archaeological Park Ticket Center
Setiap tiket masuk dilengkapi foto pengunjung
Beli tiketnya di sini. Ada beberapa jenis tiket yang bisa teman- teman pilih: one day pass, three day pass, ataupun seven day (a week) pass. Kami belinya yang sehari saja. Harga tiket sudah naik per Februari 2017 menjadi $37 per orang, sudah termasuk donasi untuk rumah sakit anak di sana. Tiket sudah di tangan, saatnya lanjut. Pastikan tiket kamu tetap ada karena akan diperiksa setiap tiba di pintu masuk kompleks candi yang berbeda. Lima belas menit kemudian kami sudah tiba di pintu masuk Angkor Wat.

Angkor Wat


Dibangun pada pertengahan abad ke-12 oleh Raja Suryawarman II, Angkor Wat terletak di dataran Angkor. Angkor Wat masuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1992. Pembangunan kuil ini memakan waktu tiga puluh tahun lamanya. Nggak heran mengingat kuil ini luas banget, teman- teman. Saat tiba di pintu masuk, perjalanan baru akan dimulai. Icon khas Angkor Wat yang biasa kita temui di suvenir itu sudah kelihatan namun masih jauh.
Ramainya. Ini masih di depan lho. Belum lagi sampai ke dalam.
Beruntung cuaca cerah tapi nggak panas sampai menyengat. Candi lumayan ramai. Menyusuri satu per satu bagian candi memberi feel tersendiri. Masyarakat ataupun turis yang datang berdoa, lorong- lorong dengan ukiran dinding beratus tahun silam menambah kekaguman saya.






Langkah kaki kami akhirnya menuntun kami hingga antrean menuju Bakan. Untuk naik ke puncak candi, pengunjung yang datang wajib berpakaian sopan dan tertutup. Atasan tanpa lengan – meski sudah dilapis syal – tidak diperkenankan. Anak- anak berusia di bawah 12 tahun juga tidak diizinkan naik. Topi dilepas juga.

Pemandangan dari puncak candi lebih keren. Dari atas, pemandangannya tampak seperti kota kecil dengan para pengunjung seperti masyarakat sekitar. Saya jadi membayangkan kehidupan masyarakat sekitar yang lalu lalang dan beraktivitas, dengan pakaian tradisional mereka, berabad- abad silam.
Di tengah imajinasi itu, pengunjung lain yang datang menyadarkan saya bahwa sudah saatnya memberi mereka giliran untuk mengambil foto. Kami pun turun ke bawah. Turun tangganya hati- hati dan pelan- pelan saja karena cukup tinggi.
Puncak Candi
View dari puncak candi

Tak terasa sudah dua jam lebih saya dan Papa berkeliling kompleks candi. Kami pun berjalan kembali ke parkiran karena akan melanjutkan kunjungan ke Candi Bayon di Angkor Thom.

Angkor Thom



Angkor Thom dalam bahasa Khmer artinya Kota Besar. Angkor Thom terletak di pusatnya kota Angkor dan merupakan ibukota kerajaan Khmer kuno yang dibangun oleh Raja Jayawarman VII. Pada pusat Angkor Thom, Candi Bayon menjulang tinggi. Kesinilah kami berkunjung.


Ketenangan wajah Bayon seolah menghalau teriknya panas. Banyak pengunjung yang mengambil pose andalan di sini dan mencari titik yang tepat sehingga wajah mereka berhadapan dengan Bayon. Saya foto- foto biasa saja. He he.


Nggak lama di Angkor Thom, mungkin efek lapar jadi tenaganya sudah berkurang. Baiklah, saatnya isi tenaga. Cari makan dulu ya. Mr. Safy membawa kami ke rumah makan (saya kurang ingat namanya, ada Banananya) yang harganya lumayan. Sepiring nasi goreng daging sapi dihargai $5.50 tapi kekenyangan kalau dimakan sendiri. Jadi sepiring bisa berdua.

Ta Phrom

Salah satu yang membuat Ta Phrom terkenal selain karena pepohonan berusia ratusan tahun beserta akar- akarnya yang merambat menyelimuti candi adalah tempatnya yang digunakan sebagai lokasi shooting film Tomb Raider yang dibintangi oleh Angelina Jolie.

Masuk ke candi ini sedikit berbeda rasanya dengan memasuki candi lain karena banyak pohonnya dan lebih menyatu dengan alam. Jalannya juga hati- hati karena pas waktu ke sana hujan gerimis, sehingga tanahnya agak licin.




Ta Phrom menjadi penutup edisi jelajah Angkor Wat. Sebenarnya masih ada lagi candi- candi yang belum sempat dikunjungi, namun karena sudah lumayan capai, walau jam kunjungan masih tersisa satu setengah jam lagi, kami kembali ke kota dan Mr. Safy membawa kami singgah di T-Galleria, tempat shopping barang- barang bebas cukai. Gerai ini menjual beraneka suvenir, cokelat, makanan khas, rokok, pakaian, hingga minuman beralkohol. Tertarik untuk borong?

Akomodasi di Siem Reap :
288 Boutique Villa - Siem Reap

Ke mana lagi selama di Siem Reap ?
Footprint Cafe - Siem Reap
Pub Street and Night Market


Be First to Post Comment !
Post a Comment