Sebuah Jurnal

Kulineran Tongseng Sapi Favorit di Hangout Coffee

Liburan nggak kebagian jatah traveling memang paling oke kalau dilewatkan bersama keluarga dan tentunya kuliner yang cocok di lidah. Malam Natal yang lalu, bertepatan dengan anniv-nya Papa dan Mama, kami sekeluarga makan di Hangout Coffee. Kenapa di sini? Karena ada tongseng favorit Papa di sini.

Kami pesan Tongseng Sapi dan Kari Susu Ayam dengan tambahan nasi putih. Cukup pesan dua porsi karena satu porsinya cukup banyak sehingga cukup untuk berdua. Tongsengnya masih enak seperti terakhir kali kami makan di sini. Daging sapinya empuk dan juga pedasnya pas, tidak terlalu pedas untuk saya yang bukan pemakan masakan pedas. Kuahnya wangi dan berasa banget. Karinya juga nggak kalah cetar ya walau nggak pakai santan. Wangi dan gurih.
Tongseng Sapi (45k). Yang nggak makan pedas hati- hati 'ranjau'nya :p
Kari Susu Ayam (35k)

Menikmati Alam dari Gedung Merpati


Teman- teman yang sudah nonton AADC 2 pasti nggak asing dengan ‘Gereja Ayam’ yang semakin hits setelah film itu diputar. Saya sebenarnya belum tahu. Pas di kamar hotel di Sentul, teman saya bilang ke saya untuk pergi ke Gereja Ayam kalau jadi ke Jogja. Saya pun bertanya dengan polos tentang Gereja Ayam. Teman saya pun menjelaskan kalau lokasi itu merupakan lokasi syuting film AADC2 – yang belum saya tonton karena saya sendiri lupa kapan terakhir kali saya masuk bioskop. He he.

Seperti biasa (melakukan ritual sebelum mengunjungi suatu tempat),  saya mulai browsing mengenai Gereja Ayam ini dan mendapati bahwa pengunjung gereja ini memang banyak dan foto- foto mereka kece- kece, bahkan ada yang pasangan pengantin yang prewed di sini lho. Harus singgah ke sini nih. Lokasinya tidak jauh dari Borobudur. Jadi setelah puas main di Borobudur, kami berangkat menuju Gereja Ayam.
lantai pertama saat memasuki gedung
Sebenarnya gedung ini berbentuk merpati namun karena bentuknya itu gedung ini disebut sebagai Gereja Ayam. Gereja Ayam berlokasi di Bukit Rhema. Fakta lainnya, pendiri Gedung Merpati ini, Daniel Alamsjah, mendirikan gedung ini sebagai rumah doa, bukannya gereja. Gedung ini digunakan sebagai tempat ibadah bahkan sebagai pusat rehabilitasi bagi para pecandu narkoba dan penderita gangguan kejiwaan.


Dari lokasi parkir, kami berjalan menuju bukit. Sebelum melanjutkan perjalanan, beli karcis masuk dulu ya. Harganya Rp 10.000,- per orang. Hasil penjualan karcis ini akan digunakan sebagai sumbangan untuk pembangunan sebagai tempat wisata. Bagi teman- teman yang ingin lebih cepat sampai atau takut kecapaian karena jalanannya nanjak, tersedia ojek yang akan mengantarkan teman- teman sampai di depan Gedung Merpati dengan menggunakan jip. Biayanya Rp 7.000,- per orang.

Borobudur Setelah Enam Tahun Penantian


Borobudur selalu menempati urutan teratas dalam agenda liburan saya – yang sayangnya belum kesampaian. Kali ini, setelah enam tahun berlalu, akhirnya saya dan teman- teman bisa juga mengunjungi Candi Borobudur. Senang banget ya.

Candi Borobudur dari kejauhan 
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan ke Borobudur memakan waktu lebih lama ketimbang ke Prambanan. Hampir satu jam dari tempat kami menginap.

Sesampainya di kompleks candi, kami segera berjalan menuju loket. Loketnya dibagi dua, yaitu loket yang menjual tiket untuk wisatawan lokal dan wisatawan asing. Harga tiket masuk per orangnya Rp 30.000,- (ada tiket terusan untuk mengunjungi Candi Prambanan dan Boko, tapi kami takut tidak sempat, jadinya hanya membeli tiket masuk Candi Borobudur saja). Untuk wisatawan asing, harga tiketnya USD 25.

Kompleks Candi Borobudur ini luas sekali. Saya bahkan celingak celinguk karena Candi Borobudur tak tampak. Barulah setelah berjalan beberapa saat, candi kelihatan. *abaikan saya yang terlalu bersemangat* Kami datang pada hari biasa, hari Senin, jadi tidak terlalu ramai.

Backpackneymoon: Travel With The One You Love - Susan Natalia Poskitt

Judul                     : Backpackneymoon
Pengarang          : Susan Natalia Poskitt
Penerbit              : B First
Tebal                     : 210 halaman

Sinopsis :
Biasanya, honeymoon selalu diidentikkan dengan menginap di hotel berbintang 5 dan bersantai di pantai. Namun, Susan dan Adam (@pergidulu) memilih untuk menciptakan konsep honeymoon yang berbeda. Backpackneymoon, demikianlah istilah yang mereka buat, terinspirasi dari honeymoon ala backpacking.

Selain traveling menggunakan backpack, campervan pun dipilih sebagai sarana transportasi sekaligus akomodasi. Unsur backpacking yang diambil adalah menekan bujet supaya bisa traveling (dalam hal ini honeymoon) lebih lama. Jika biasanya honeymoon hanya berkisar antara beberapa hari sampai seminggu, mereka menjalaninya selama dua bulan. Tujuan yang dipilih pun bukanlah pantai dengan suasana tropis, melainkan negara yang sedang mengalami musim dingin, Australia dan Selandia Baru.

Mereka telah membuktikan dedikasi mereka sebagai pasangan traveler pertama yang mampu menggabungkan catatan perjalanan berbumbu romansa (yang nggak bikin enek!), disertai panduan dan bujet terlengkap. Harapannya, siapa pun bisa menikmati dan terinspirasi ikut ber-backpackneymoon. Tak selalu harus ke luar negeri, buku ini mendorongmu untuk melakukan eksplorasi sesuai minat, waktu, dan bujet yang dimiliki. Jadi, tunggu apa lagi? Start planning your own backpackneymoon trip today! J

Review :
Punya rencana untuk mengunjungi Selandia Baru? Ingin mencoba menjelajah dengan bebas tanpa terikat itinerary dan jadwal? Teman- teman wajib baca buku ini kalau iya. Bersama suaminya, Adam, Susan mengeksplorasi Selandia Baru dengan campervan. Mereka menyewa dari perusahaan internasional yang ada di Australia dan Selandia Baru. Pilihan campervan-nya pun dijabarkan dalam buku ini.

Susan berbagi tips dan informasi- informasi penting yang teman- teman butuhkan selama berkeliling di Selandia Baru dengan lengkap beserta rincian biayanya. Tentu saja biayanya tergantung kebutuhan dan pengeluaran teman- teman. Tapi setidaknya dengan adanya rincian yang diberikan, kita jadi tahu perkiraan dana yang diperlukan untuk mengunjungi negeri burung kiwi itu.

Lokasi- lokasi yang dikunjungi Susan dan Adam merupakan kawasan alam. Ya, Selandia Baru memang menawarkan wisata alam yang sangat menggugah, dimulai dari danau, gletser, taman nasional, hingga kolam pemandian air panas yang dikelola dengan sangat baik.



Kelebihan dari buku ini yang saya suka adalah gaya menulis Mbak Susan yang sangat menarik untuk diikuti. Jadi saat membaca tidak terasa bosan ataupun jadi bete karena foto- fotonya tidak berwarna dan warna jingga yang mendominasi. Infonya yang lengkap juga akan sangat membantu backpacker yang ingin berwisata ke Selandia Baru. Sejak membaca buku ini, saya rajin mengunjungi website pergidulu. Hehe.

Acara bulan madu tidak monoton dan malah seru karena kita bisa bebas tanpa harus terikat jadwal. Apalagi jika memiliki waktu panjang seperti Susan dan Adam, pasti puas deh. Hanya saja untuk menyewa campervan di Selandia Baru dan Australia, penyewa wajib memiliki SIM Internasional. Harga sewanya pun bervariasi dari van  sederhana hingga van mewah.


Saya tidak bisa me-review dengan detail karena pastinya akan jauh lebih seru kalau teman- teman baca sendiri ya. Buku ini sudah selesai saya baca beberapa bulan yang lalu tapi sampai sekarang masih saja tetap semangat kalau lihat buku ini dan semakin kepingin mengunjungi Selandia Baru – alasan awal saya beli buku ini. Penasaran dan ingin lebih banyak mendapatkan informasi mengenai wisata alam di Selandia Baru? Ikuti petualangan seru Susan-Adam dalam Backpackneymoon. Selamat membaca ^^

Wisata Alam Kalibiru


Liburan ke Jogja belum lengkap rasanya kalau belum main ke Kalibiru. Kalibiru terletak di Kabupaten Kulon Progo, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisata alam Kalibiru sangat memanjakan mata pengunjung. Dari ketinggian, pengunjung dapat melihat Waduk Sermo yang membentang luas berlatar langit biru yang indah.


Untuk tiket masuk Kalibiru cukup terjangkau, Rp 5.000,- per orang dan tiket spot fotonya beragam, tergantung spot yang teman- teman pilih. Karena kesorean sampai di sana – kami tiba di sana hampir jam tiga sore, dan itu pun antreannya sedang penuh, kami mendapatkan spot foto 2, tiketnya seharga Rp 10.000,- per orang belum termasuk jasa fotonya.


Setelah membeli tiket, kami pun ikut mengantre. Kalau tidak mengantre ya sayang kan sudah sampai di sana hanya melihat dari jauh. Foto sendiri hasilnya backlight. Jadi kami memercayakan dokumentasi kami kepada abang tukang foto. Kalau nggak salah, satu lembar foto biayanya Rp 5.000,- dan ada minimal fotonya. Karena kantong kami sudah kekeringan karena kalap berbelanja di Borobudur, kulineran,  dan masih harus bertahan sampai malam hingga menjumpai mesin ATM *di perjalanan sibuk mencari minimarket yang ada ATMnya* (jangan ditiru karena ini bukan tipe traveler yang baik ;p), kami memilih paket yang paling hemat. Sekali foto langsung bertiga ^^

Cave Tubing @ Goa Pindul


Perjalanan hari ketiga di Jogja dilanjutkan ke Candi Prambanan setelah itu langsung berangkat ke Goa Pindul. Ada wisata yang keren di sana, yaitu wisata jelajah goa. Goa Pindul terletak di Desa Bejiharjo, Dusun Gelaran I. Perjalanan ke Goa Pindul terasa sangat jauh padahal driver sudah mengebut. Perjalanan memakan waktu satu jam lebih.

Semakin mendekati tujuan, akan semakin banyak penyedia jasa cave tubing ini. Beruntung setelah kejadian- kejadian yang aneh tapi seru, kali ini rekomendasi drivernya cocok sama kami. Dengan modal Rp 35.000,- per orang ditambah jasa dokumentasi seharga Rp 100.000,- , petualangan menjelajah goa pun dimulai. Sekadar informasi, kami menggunakan jasa Panca Wisata waktu itu.
walaupun kesorean tetap hepi ^^
Sekitar pukul 16:40, kegiatan jelajah goa pun dimulai. Dengan sabar, Mas Su menjelaskan detail- detail mengenai Goa Pindul yang ternyata banyak digunakan oleh warga setempat sebagai tempat bermeditasi. Goa Pindul sendiri – kalau saya tidak lupa – memiliki empat zona. Berhubung saya selalu mengandalkan kertas saat mencatat materi dan saat itu saya hanya duduk di atas ban, yang paling saya ingat hanya zona gelap abadi.

[Solo] Ngebolang dengan KRL

sembari nunggu kereta, jepret- jepret dulu
Bagi saya yang anak Medan ini, agak nggak ngeh kalau dengar kata kereta yang artinya kereta api. Pasalnya di Medan, kereta itu artinya sepeda motor. Pantesan orang pada bilang anak Medan itu kaya- kaya, kebanyakan punya kereta. Ha ha.

Ceritanya saya mau jalan ke tempat saudara nih. Awalnya rencana ketemuan di daerah Cileungsi karena mereka baru pindahan ke sana. Ternyata nggak jadi. Ngumpulnya jadi di Bekasi. Hmm. Saya belum pernah ke sana nih. Dan setelah googling, baru saya tahu kalau Bekasi itu nggak dekat ya. Enaknya naik apa? Tranjak kira- kira sampai nggak ya jalurnya ke sana?

Sepupu ipar saya kemudian kasih saran: “coba aja kamu naik kereta api. Itu dekat rumah ada stasiun kereta.” Wah, asyik juga nih pikir saya. Lalu saya pun mulai lagi berselancar dan mengumpulkan info. Ternyata keretanya itu KRL alias Kereta Rel Listrik, dekat rumah bibi saya itu Stasiun Grogol. Ada nih jurusannya ke Bekasi karena KRL ini melayani rute Jabodetabek. Canggih nih.

tiket plus kartu jaminan 
Esoknya saya pun berangkat ke stasiun, ditemani bibi saya*thengkiuuw ayi*. Loket sedang sepi dan saya langsung tanya ke petugasnya rute ke Bekasi, lewat stasiun mana saja dan kena berapa biayanya.FYI teman- teman, naik KRL itu sangat terjangkau karena masih ada subsidi dari pemerintah. Saya naik dari Stasiun Grogol dan turun di Stasiun Bekasi cukup Rp 3.000,- dan Rp 10.000,- untuk kartu jaminan (bisa direfund kok). Adem pula karena ada AC-nya jadi nggak kepanasan.

Dari Grogol tentunya tidak langsung sampai ke Bekasi. Masih ada transit beberapa kali stasiun. Kalau belum paham rute dan harus menunggu di peron mana, jangan segan dan ragu untuk bertanya ya. Malu bertanya, jalan- jalan. Setiap peron tertera jelas nama- nama tujuannya. Karena saya mau lebih pasti (baca: kepo), setiap turun, selalu saya tanyakan ke petugasnya. Repot kan kalo nyasar sementara waktunya mepet- mepet. Rute yang saya lalui kira- kira begini :

Grogol – Duri – Stasiun 1 Kampung Bandan – Kemayoran – Gang Sentiong – Rama – Pondok Jati – Jatinegara – dan beberapa pemberhentian yang saya lupa catat – Stasiun Bekasi (yang dibold itu transit ganti kereta)
Peta Rute KRL. Di setiap kereta juga ada petanya jadi gampang :)
Satu jam lebih perjalanan dan sampailah saya di Bekasi. Dari stasiun saya naik ojek hijau ke Mal Metropolitan. Sesampainya di sana, saya nunggu dulu sambil makan siang karena sudah lapar. Ada Hokben. Yeeiii.. ini salah satu restoran cepat saji favorit saya. Tiap main ke Jakarta, minimal wajib sekali dah. Hehe..

Jadi setelah keliling- keliling dan nyasar karena miskom, ternyata mereka tunggunya di Grand Metropolitan, kembali saya naik ojek ke sana. Ada shuttle, hanya setelah tunggu beberapa menit, belum kelihatan. Jadi saya naik ojek saja dan ternyata dekat ya teman- teman.

Ngobrol- ngobrol dan waktu menunjukkan pukul enam petang, saya pun pamit pulang dan tentunya lanjut ngebolang sendirian lagi (seru juga lho) naik KRL. Naik ojek lagi ke stasiun. Kali ini pulangnya singgah ke Stasiun Pasar Senen dulu. Dijemput teman trus nongkrong bareng. Nah, kartu yang tadi tinggal ditunjukkan ke petugas dan diisi ya, Rp 2.000,- sudah bisa sampai Senen.

Ada yang berencana untuk explore Jabodetabek? KRL bisa jadi alternatif transportasi yang cocok untuk teman- teman. Hanya saja, pada jam- jam ramai seperti jam pulang kerja, kereta memang agak padat ya. Tapi masih okelah. Apalagi kalau nanti ketemu penumpang lain, ngobrol- ngobrol, selain dapat sesuatu yang baru juga waktu cepat berlalu. Ayuk, naik KRL ^^

Long Weekend : Melaka, I'm Coming (Bahagian Empat- Last)

Sambil menunggu cucian, saya mau sedikit bercuap- cuap dulu. Sebenarnya mau sharing tentang naik kereta api malam tempo hari, tiba- tiba teringat masih ada secuil cerita di Melaka yang belum saya bagi. Dan hari terakhir liburan merupakan hal yang paling berat ya. Siap- siap kembali ke dunia nyata #lah

Kami menumpang pesawat dari Kuala Lumpur. Artinya kami harus bertolak ke KLIA2. Tiket bus sudah dibeli sebelumnya. Kami belinya di MMC (Mahkota Medical Centre). Jadi nanti tinggal jalan kaki ke Mahkota dan menunggu bus dari sana.

Karena hotel tempat kami menginap tidak menyediakan sarapan, kami pun sarapan di dekat hotel. Rasanya kalau ke Malaysia belum makan mi pangsitnya, rasanya gimana gitu ya. Padahal di Medan juga ada sih. Tapi ya itu dia. Tak ketinggalan kopi O dan Milo.



Setelah sarapan, kami berkeliling- keliling. Ada yang menarik perhatian saat kami melewati Hatten Square. Caffé Bene yang terletak di sudut bangunan itu memajang sample es serut yang sangat cute menurut saya. Pastinya harus coba. Kami pun masuk ke kedai dan memesan menu seperti yang dipajang di etalase : bingsu. Memang benar, bingsu yang datang sama persis dengan samplenya.

ini dia sample yang bikin saya tertarik untuk masuk
terlalu banyak untuk dihabiskan dua orang.

Saat kami tengah menikmati bingsu, ada pengunjung lain yang datang dan memesan waffle. Sama persis juga bok yang datang. Keren ih. Sayangnya, satu gelas bingsu saja sudah bikin kenyang ya. Jadinya waffle ditunda dulu ya. Selain menjual kopi yang bisa dipesan dan diminum langsung, Caffé Bene juga menjual kopi instan yang bisa teman- teman beli langsung di tokonya. Karena belum pernah mencoba sebelumnya, saya membeli yang eceran, satu pack isi dua stick kopi.


Saya pribadi menyukai Caffé Bene. Tempatnya nyaman menurut saya. Hanya saja memang kalau sedang terik- teriknya agak silau ya. Tapi tenang saja, kalau kamu bukan penyuka cahaya matahari, ada tempat duduk yang aman buat kamu. Jadi bisa puas nongkrong di sini.




Caffé Bene menjadi lokasi kulineran terakhir kami di Melaka sebelum berangkat ke bandara. Sampai di sini dulu perjalanan singkat kali ini. Masih ada beberapa tempat yang belum sempat dikunjungi. Next time ke sini bakalan explore lebih banyak lagi ^^


#SejutaXpresimu : Mudahnya Buka Rekening di myBCA

myBCA di BLI, Sentul
Saya bersyukur bisa menjadi salah satu bagian dari BCA yang berkesempatan ‘main’ ke BCA Learning Institute (BLI). BLI sudah dilengkapi dengan myBCA untuk memberi kemudahan layanan bagi Nasabah yang ingin bertransaksi diBCA. Untuk pembukaan rekening Tahapan Xpresi, sudah bisa melalui video conference (video banking) lho. Jadi, melakukan proses pembukaan rekening, setoran awal, cetak kartu ATM, dan foto, semuanya terhubung melalui video tanpa harus repot- repot antre di counter CSO.

Penasaran dong ya pastinya. Secara di Medan belum ada myBCA. Saya dan dua orang teman saya langsung coba buka rekening pas ada kesempatan. Dan ternyata gampang banget. Sesuai dengan temanya, kartu ATM Tahapan Xpresi juga memiliki banyak design untuk kamu pilih. Setelah rasanya pengin semuanya, akhirnya pilihan saya jatuh pada edisi Indonesia, padahal pengin edisi traveling juga. Hi hi..
pilihan kartu ATM yang tersedia di myBCA. Keren2 ya,sampai bingung >,<
Apa saja yang dibutuhkan? Teman- teman hanya perlu membawa KTP, NPWP (bila ada), dan menyiapkan setoran awal, minimal Rp 50.000,- Kemudian Duty Officer (DO) yang bertugas akan mendata untuk kemudian diproses pembukaan rekeningnya.
ruangan yang disediakan untuk melakukan video conference saat pembukaan rekening
Prosesnya kurang lebih sama seperti pembukaan rekening Tahapan pada umumnya, hanya saja tidak bertatap muka langsung dengan CSO, tetapi hanya melalui video. Keyboard yang dipergunakan semuanya juga sudah touch screen. Arahannya sangat jelas sehingga teman- teman tidak bingung.
modus untuk dapetin voucher belanjanya :p *jujur*
Aha, satu lagi, yang paling penting, untuk setiap pembukaan rekening Tahapan Xpresi di myBCA, teman- teman akan mendapatkan voucher belanja di Blibli senilai Rp 50.000,- (berlaku sampai 30 November 2016) hanya dengan meng-upload foto selfie di Facebook ataupun Twitter. Kalau saya, upload-nya via Twitter dengan mention ke @XpresiBCA dan #SejutaXpresi. Gampang, kan? Jadi, tunggu apa lagi? Ekspresikan dirimu melalui Tahapan Xpresi BCA ^^

Find me at Instagram

Halo..

Berhubung posting artikel masih moody-an dan kalau nulis lamaaaa banget, jadinya saya membuat satu akun Instagram dari blog ini (@gelembungcerita) agar bisa lebih sering menulis dan update karena lebih gampang ya kalau ngepost dari ponsel. Postingan ini juga ditulis dari ponsel. Jadi maklum ya kalau nggak rapi.

Tapi yang paling penting, semoga dapat bermanfaat bagi teman- teman ya. Selamat membaca^^

Catatan Kuliner : Dari Binjai Hingga Brahrang

Setelah beberapa hari adem- ademan di Medan dan sekitarnya, sebelum kembali bekerja, saya dan teman- teman mencoba untuk menyegarkan diri dengan berburu kuliner di Binjai, nggak hanya Binjai, tapi juga sampai ke Brahrang. Waktu itu hari ketiga Lebaran. Stasiun kereta api masih dipenuhi oleh calon penumpang.

Perjalanan ke Binjai dapat ditempuh dengan beberapa alternatif. Bisa mengendarai mobil pribadi, angkutan umum (angkot), becak, dan kereta api. Kami memilih kereta api agar lebih efisien. Menumpang KA Sri Lelawangsa, perjalanan kami ke Binjai hanya memakan waktu sekitar setengah jam. Beruntung kami sempat naik kereta api pukul 09:30 karena kereta baru akan berangkat lagi pada pukul 11:00
Dari Medan ke Binjai : Rp 5.000,-
Stasiun Kereta Api Binjai
Setibanya di  Stasiun Kereta Api Binjai, kami berjalan kaki menuju BSM alias Binjai Supermall. Saat itu mall sudah ramai pengunjung dan kami mencoba ke bioskop. Boleh juga kulineran diselingi acara nonton. Sayangnya pintu bioskop tertutup rapat. Atau mungkin belum buka. Jadi, setelah berkeliling – dan tak lupa eksis – sebentar, kami memutuskan untuk langsung berkuliner ria saja. Saatnya makan ^^

RM Pondok Surya
Tujuan pertama ialah Rumah Makan Pondok Surya yang sudah terkenal di kalangan anak muda. Menu favorit di sini adalah tahu bolak- baliknya. Kalau ngomong soal makan tahu balek di Binjai, pasti ke sini.

Dari BSM, kami naik angkot. Lima ribu perak per orang. Turunnya di depan Vihara Setia Buddha. Di samping vihara, ada sebuah gang kecil. Nah, jalannya dari sana. Ikuti saja jalannya dan..kami bertanya pada penduduk setempat agar tidak nyasar. Beberapa menit kemudian, kami tiba di Pondok Surya.

Ada dua pilihan tempat duduknya: satu yang di dalam dan duduk di bangku rotan, dan satu lagi yang menghadap ke sungai. Kalau kurang suka terkena sinar matahari langsung atau dekat sungai, bisa duduk di bagian dalam. Karena masih pagi (belum siang- siang amat), rumah makan itu tampak sepi.
tempat duduk yang menghadap ke sungai (sisi sebelah kanan)
Naik kereta api dan berjalan di bawah terik matahari tentunya membuat kami haus *atau saya saja ya yang kehausan..hehe* sehingga pilihan jatuh pada es the manis jumbo. Yap, ukuran gelasnya memang lebih besar dan untuk saya yang kebiasaannya sebentar- sebentar minum kalau lagi nongkrong, ukurannya pas banget. He he..
Es Teh Manis Jumbo - Rp 8.000,-/gelas
Tahu Bolak- Balik - Rp 15.000,-/porsi
Kami menunggu cukup lama hingga pesanan datang. Tapi ya nggak apa- apalah selama belum kelaparan. Ha ha. Saya sendiri hanya pesan tahu bolak- balik. Jangan lihat isinya yang hanya tiga potong sepiring. tahu bolak- balik ini mengenyangkan lho.

Long Weekend: Melaka, I'm Coming ^^ (Bahagian Tiga)

Ee Ji Ban

Salah satu kuliner yang digandrungi di Melaka adalah chicken rice ball. Di seberang hotel ada satu restoran yang menjual rice ball set, Ee Ji Ban namanya. Rumah makan itu ramai sekali, apalagi di jam makan siang seperti ini. Kami memesan satu porsi Chicken Rice S dan Set Balls (isinya 5 bola- bola nasi).
depan : Chicken Rice (RM 6.30)
belakang : set rice balls (RM 6.00)

Saya pribadi lebih menyukai nasi ayam yang biasa karena disajikan dengan Nasi Hainam. Sementara untuk rice ball, nasinya menggunakan nasi putih biasa. Tapi kembali lagi ke selera masing- masing ya. Dua- duanya wajib coba kalau datang ke sini. Untuk minumnya pesan segelas madu.

Capitol Satay Celup
Rencananya kami baru akan ke Stadthuys sehabis konsultasi dari kedai obat. Kami sudah hampir melupakan Satay Celup kalau saja saat hendak pergi ke Stadthuys kami tidak melewati Capitol, rumah makan yang menjual Satay Celup – salah satu kuliner favorit para turis dan warga sekitar.



Saat itu Capitol sepi (foto di atas diambil setelah kami selesai makan dan keluar dari toko). Saya sampai bertanya ke Mama, apakah ini benar Capitol yang sering saya baca artikelnya di internet. Ternyata benar. Setelah kami masuk dan sedang lahap menikmati satay celup, rumah makan itu mulai ramai.

Long Weekend : Melaka, I'm Coming ^^ (Bahagian Dua)

Holaa.. Lanjut lagi ya cerita saya yang menghabiskan akhir pekan di Melaka. Rasanya telat sekali ya update-nya. Maafkan diriku yang tidak konsisten ini. Okelah, daripada panjang ntar, saya lanjutkan ceritanya saja ya.

Sekadar info, bagi teman- teman yang mau berkunjung ke Melaka saat akhir pekan, saya sarankan memesan hotel terlebih dahulu karena pada akhir minggu seperti ini, apalagi kalau musim liburan ya, hotel akan cepat penuh. Ada sih yang kosong, tapi harga lebih mahal. Seperti Hotel Hong tempat saya menginap waktu itu, saat mau tambah satu malam lagi sudah fully booked. Jadinya pindah hotel.

Amei Jie dari Hotel Hong yang mengantar saya dan Mama ke Mahkota, karena hotel tujuan kami tepat di belakang rumah sakit itu. Thank you banget sama Amei Jie, ramah dan pelayanannya memuaskan. Kalau balik lagi ke Melaka, pasti bakal nginap di Hong lagi.

Kami menginap di Comfort Two Hotel. Kamarnya cukup nyaman, ukurannya lebih besar dari kamar di Hong. Kami diantar Amei Jie sekitar pukul sebelas waktu setempat. Jadinya setelah check out, saya dan Mama keliling dulu di sekitar hotel sambil mencari sarapan.

Breakfast @ Low Yong Moh
Paginya tidak seramai waktu malam. Atau pas kami lewat toko pada belum buka. Pilihan sarapan jatuh pada dim sum. Yeeiii ^^ Nama kedainya Low Yong Moh di Jalan Tukang Emas.
dipilih- dipilih :)
Untuk dim sumnya sendiri lumayan enak. Kami lebih banyak memesan dim sum steam meski saya lebih senang makan yang goreng. He he.. Minumnya pilih Chinese Tea. Nah, teh di sini semua disuguhkan dalam teko mini. Karena kami berdua, harganya dihitung dua cangkir. Secangkirnya RM 1.20. Harga dim sumnya sendiri bervariasi, ada yang  RM 2.70, RM 2.40, RM 3.20, dan juga RM 3.70
Bean Paste Bao - RM 1.30

Chinese Tea (hitungannya per orang)
Setelah perut terisi, saatnya menurunkan isinya dengan jalan lagi. Kami berjalan saja hingga melihat satu bagian jalan yang cukup ramai dipadati pengunjung. Kalau teman- teman melewati jalan ini akan terhubung ke tepi sungai Melaka. Banyak yang foto- foto di sana. Ternyata ada yang cantik di dindingnya.



Nah, cantik kan? Saya juga gak mau ketinggalan foto- foto. He he..

C= Cozy = Chatswood


Sudah dari akhir 2015 saya mendengar bahwa ada kedai kopi baru bernama Chatswood Coffee. Dekat rumah tapi baru lusa kemarin ke sana. Sebelumnya mau ke Chatswood tapi tidak jadi melulu. Chatswood Coffee terletak di Ruko YangLim Plaza No.  15B.

Sabtu (18/6) lalu saya bersama Mama masuk ke kedai kopi ini. Waktu itu sudah sore dan tidak terlalu ramai. Jadi kami duduk di bawah. Untuk pemesanan kopi, seperti beberapa kedai kopi lainnya, pengunjung langsung melihat menu dan memesan di kasir. Kopi yang ditawarkan ada beberapa macam, mulai dari black coffee, white coffee, hingga non coffee.

Caramel Macchiato
Saya memesan Caramel Macchiato. Setelah pesan, baru tahu kalau sedang ada promo Beli 1 Gratis 1. Bagi pecinta diskonan – apalagi gratisan – seperti saya, hal ini tidak boleh dilewatkan. Saya pun berencana untuk datang kembali dan mencoba menu kopi yang lain.

Yang paling saya suka di sini bukan kopinya, tetapi suasananya. Cozy. Sangat cocok menulis di sana, apalagi  kalau ide lagi berseliweran. Cocok juga untuk tempat nongkrong. Pencahayaannya pas. Kalau siang- siang ke sana, saya kurang tahu ya. He he..

Order langsung ke kasir


Awalnya mengira pemilik kedai ini menyukai Australia, ternyata setelah googling, Chatswood merupakan salah satu daerah di pinggiran kota (suburb) di New South Wales ^^

Besoknya saya kembali ke sana  dengan membawa serta anggota keluarga saya. Kali ini di lantai atas karena lantai bawah penuh. Lantai atas bahkan lebih nyaman karena suasananya lebih temaram. Tsaahh..