Sebuah Jurnal

Another Transit : Merchant’s Lane Kuala Lumpur


Menunggu bisa jadi mengasyikkan kalau ada kegiatan yang bisa dilakukan. Entah itu menulis, nonton, ataupun ngopi. Sembari menunggu anggota keluarga saya yang lain dari Singapura (berhubung tiket pesawat saat itu sedang mahal- mahalnya, saya memilih naik bus karena beda penerbangan sejak awal trip), saya berencana ngopi. Jemari ini pun dengan lincah mengetikkan ‘best coffee shop in Kuala Lumpur’. Ada banyak pilihan di area Bangsar, yang mana nggak terlalu jauh dari KL Sentral. Namun Merchant’s Lane di area pecinan ini tampaknya lebih menggoda.

Saya menumpang Rapid dan turun di Pasar Seni. Sekadar informasi, kini pembayaran di Rapid menggunakan kartu Touch’n Go. Saya ditolak naik ke dalam bus karena masih pakai uang tunai. Segeralah saya membeli kartunya di Nu Sentral. Member card Watson juga bisa digunakan sebagai alat pembayaran karena ada Touch’n Go-nya. Tinggal top up saja.




Kembali ke Merchant’s Lane. Dari luar, tidak ada yang menduga bahwa ini adalah sebuah café – kalau tidak bisa disebut sebagai kedai kopi. Terletak di sebelah toko kecil, tersempil sebuah pintu berwarna hijau. Pintu hijau inilah akses masuk ke Merchant’s Lane.


Ruangan didekorasi dengan konsep oldies tapi tidak kehilangan daya tariknya. Menariknya, di café kecil ini teman- teman bisa menikmati tiga bagian yang berbeda suasananya. Masing- masing memiliki peminatnya sendiri.

Better Than Sex (RM20.00)

Ada satu menu makanan yang mengelitik: Better Than Sex. Sebenarnya hanya roti jala, namun penasaran juga karena namanya unik dan makanan ringan, pikir saya. Ternyata ada tiga roti jala pandan yang bikin kenyang sekali. Cocok diicip ramai- ramai dan bisa berdua idealnya. Rasanya cocok di lidah saya. Es krim rasa kaya toast dengan gula melaka yang meleleh menjadi kombinasi yang sempurna. Kriuk kacang almond menyatu dengan lembutnya roti jala pandan yang wangi.

Flat White (RM11.00)
Zona Barista
Tak lupa bahwa tujuan utama ke sini adalah untuk mencicipi kopinya, saya memesan secangkir flat white. Nikmat. Kopinya terasa. Latte art-nya juga rapi. Suka.
Selain menu makanan ringan, Merchant’s Lane menyediakan menu makanan berat juga. Hanya saja karena saya sendiri dan jamnya bukan jam makan, jadilah saya hanya pesan roti jala dan kopi. Itupun sudah mengenyangkan. Overall, lumayan oke café ini. Bagi teman- teman yang ingin mencari suasana yang agak berbeda dari café kebanyakan saat main di KL – tapi bukan café dengan konsep minimalis, boleh mampir ke Merchant’s Lane. Merchant’s Lane tutup setiap Rabu. Pastikan teman- teman datang di hari selain Rabu ya.

catat jam operasionalnya, gengs!

Seperti biasa, untuk melihat lebih detil dalam bentuk video, teman- teman bisa mampir ke IG saya di @gelembungcerita dan cek di highlight KL-Genting. Semoga bisa menjadi referensi bagi teman- teman ya. Komen ya bagi teman- teman yang punya referensi coffee shop yang kece di KL. Kali aja nanti bisa coba ke sana kalau main ke Kuala Lumpur. See ya!

Merchant’s Lane
No 150, Jalan Petaling, Kuala Lumpur
Be First to Post Comment !
Post a Comment