Sebuah Jurnal

Male: Sebuah Penutup



Sisa siang kami di Maladewa dihabiskan dengan mengunjungi Male, ibukota Maladewa. Pukul dua siang kami bertolak dari Maafushi dengan speedboat dari hotel. Selamat tinggal, Maafushi. Semua tas bawaan kami, kami tinggal di hotel karena pihak hotel yang akan mengantarkannya langsung ke bandara.



Male panas juga. Entah karena sudah jemuran dua hari ini atau memang lebih panas, saya mulai cenat cenut. Tapi ditahan aja, eksplorasi hari terakhir nih! Di Male, kami berkeliling kota dengan berjalan kaki. Berjalan melewati rumah presiden, rumah dinas, dan juga Male’ Friday Mosque Complex, satu- satunya masjid yang dibangun dari karang. Sambil bertukar cerita tentunya.



Kaki kami terus melangkah dan sampailah di depan supermarket. Kami pun berhenti sejenak untuk beli minum. Sayangnya pada tutup karena sedang waktunya sholat. Sekadar info, toko- toko di Male tutup pada jam ibadah dan baru buka lagi setelah selesai jam ibadah.

Kami berjalan lagi dan singgah ke sebuah rumah makan. Karena tidak berselera makan, saya hanya memesan segelas air kelapa untuk menyegarkan kerongkongan. Air kelapanya manis dan lumayan segar.


Nggak lengkap ya kalau ke suatu tempat tapi nggak ke tempat oleh- olehnya. Kami dibawa ke toko suvenir milik Uncle Rasheed, My Friends. Saking udah kenalnya dengan pemilik toko, si koko deh yang jadi kasir. Bayarnya pakai USD. Kembaliannya sebagian pakai USD, sebagian Rufiyaa.

Selesai melihat- lihat, saya, Mbak Lis dan Mbak Viness, diantar oleh Uncle Rasheed ke pasar tradisional untuk belanja bon cabe khas Maldives yang dicampur dengan ikan. Kata uncle, namanya Tuna Spicy. Harganya $6 untuk satu toples besar. Karena kemampuan eda Lilis dalam menawar, jadilah dapatnya di $5 saja.


Di area belakang pasar ada pasar ikan. Banyak kapal nelayan dan penjual ikan disana. Lokasinya ternyata dekat dengan dermaga tempat kami turun tadi. Uncle mengajak kami melihat stingray. Kura- kura dan teman- teman mereka yang lain juga muncul. Waaah..

Saya juga mengambil beberapa foto di pasar dan jalanan di sekitar dermaga. Warga yang merasa dibidik lensa langsung berpose dan menyunggingkan senyum. Gemes banget yaa..


Sekali lagi, waktu berlalu begitu saja. Sore mulai menghampiri. Kami berpisah dengan Uncle, juga Male dan segala cerita singkat kami selama di sini.

Singkat sekali waktu yang kami habiskan di Maladewa. Lelah iya namun semua senang. Itulah yang terpenting. Kami pulang dengan dua emosi yang bercampur, bahagia karena tripnya seru dan sedih karena sudah akan berpisah.


Melewatkan dua kali sunset di Maafushi, akhirnya saya bisa menikmati senja di perjalanan dari Male ke bandara. Rezeki nggak kemana memang. Sunset pertama dan satu- satunya ini menjadi penutup cerita saya dan teman- teman di Maladewa. Perjalanan kali ini selesai dengan harapan yang sama: bisa kembali lagi suatu hari nanti. Tugasnya sekarang, move on dulu.




Sampai jumpa di cerita- cerita perjalanan selanjutnya ;)

Baca juga cerita- cerita saya selama di Maladewa di :
Liburan ke Maldives Mahal? Big No No!!
Resort Visit ke Olhuveli Beach and Spa
Kali Pertama Snorkeling dan Piknik di Sandbank
Pagi di Maafushi

Be First to Post Comment !
Post a Comment