Belum
sah ke Bintan kalau belum main ke Trikora. Trikora merupakan kawasan yang
terkenal akan pantainya. Tidak hanya pantai, banyak resort dibangun di kawasan ini. Mobil kami melaju, menembus hujan
yang tidak konsisten, sebentar- sebentar turun, sebentar- sebentar reda.
Memasuki kawasan Trikora, teman- teman akan banyak menemukan penjual ota- ota.
Pulang nanti kita coba ya.
Rencananya
kami akan menikmati pizza yang dibuat langsung oleh warga Italia yang menetap
di Bintan, Pizza Casa Italia. Pizza ini merupakan salah satu kuliner tekenal di
Bintan. Turut menemani air kelapa yang segar sembari mendengar suara deburan
ombak. Sungguh menyenangkan.
Sayangnya
rencana tinggal rencana. Kedai pizzanya tutup. Sedih sekali. Namun niat kami
untuk main di pantai tidaklah surut. Dalam bayangan saya, Trikora adalah pantai
dengan airnya yang jernih dan bebatuan- bebatuan besar. Dan ya, memang seperti
itu. Tapi tempatnya ramai. Maka kami mengungsi ke pantai yang lebih sepi.
Hampir tidak ada pengunjung, saudara- saudara. Benar- benar seperti pantai pribadi lah pokoknya. Mau duduk di pondok sambil ngobrol santai, mau main pasir, berenang, bebas dah. Dan airnya biruuuuuuuuu sejauh mata memandang. Wagelasehhh…!
Hampir tidak ada pengunjung, saudara- saudara. Benar- benar seperti pantai pribadi lah pokoknya. Mau duduk di pondok sambil ngobrol santai, mau main pasir, berenang, bebas dah. Dan airnya biruuuuuuuuu sejauh mata memandang. Wagelasehhh…!
Rumah kelong (rumah para nelayan menangkap ikan) tampak kecil dari jauh |
Nggak
berasa waktu cepat sekali berlalu di sini. Setelah mengambil beberapa foto,
santai, ngobrol ha ha hi hi, kami pun pulang. Sesuai janji, ini dia dokumentasi
ota- otanya. Awalnya ragu mau coba. Tapi sekali coba, nagih dan minta nambah.
Dan harganya sangat terjangkau, Rp 1.000,- per satu ota- ota.
Ingin sekali rasanya kubawa salah satu kakak itu pulang ke Medan |
Teman-
teman yang berencana untuk main ke White Sands Island juga lewat sini. Kami
bagi jadi dua hari. Hari kedua, kami mengunjungi White Sands Island. Untuk
sampai di pulau beralas pasir ini, pengunjung harus menyeberang dengan kapal
kecil yang tersedia. Harga tiket masuknya kemarin dapat di Rp 145.000,- per
orang, sudah termasuk transportasi PP dengan kapal kecil itu.
Begitu agak reda, cusss jalan. Pemuda dalam foto adalah Bang Amrizal. Yang mau main ke pulau ini, cari Bang Amrizal saja |
Sayangnya
kali ini cuaca belum memihak kami. Hujan turun dan lumayan lebat. Kami menunggu
hujan reda dulu. Sisa gerimis saat kami menyeberang. Pulau beralas pasir tidak
terlalu ramai hari itu. Hujan masih turun. Efeknya : warna air laut tidak
sebiru biasanya dan saya nggak bisa pakai kamera sesuka hati karena takut
basah.
Selain
spot- spot foto yang sebenarnya instagrammable,
teman- teman juga bisa nongkrong di bar yang baru dibangun, Coco Beach Club.
Atau kalau punya waktu lebih dan mau merasakan sensasi menginap di tepi pantai,
bisa kok. White Sands Island menyediakan akomodasi berupa penginapan yang
terdiri dari dua model, menginap di tenda atau model kamar. Harga per malam mulai
dari Rp 300.000,-
Kiri : model tenda. Kanan: model kamar biasa. |
Saya
pribadi suka di sini. Tenang dan suara deburan ombak- ombak kecilnya lebih
terdengar. Lebih seru lagi pas balik sore harinya. Cuaca berangin dan yah bisa
dibayangkan lah kapalnya goyang- goyang secara alami. Perjalanannya nggak lama,
sekitar 15 menit menyeberang. Buat yang mabok laut, kurang disarankan.
Hari
sudah sore dan kami kembali ke B&B untuk mandi lslu siap- siap makannmalam.
Seperti kemarin, masih banyak rumah makan tutup. Hari ini malah lebih banyak.
Risiko liburan di saat Lebaran.
Pagi
keesokan harinya kami mengunjungi Busung. Ya, pastikan agenda ke Busung juga
tidak ketinggalan. Busung dulunya merupakan kawasan tambang timah yang kini
tidak beroperasi lagi. Lanskapnya membentang seperti gurun pasir. Lokasi ini
juga banyak disinggahi oleh wisatawan.
Ada
beberapa spot yang bisa teman- teman
temukan di area Busung. Medannya juga berbeda- beda. Kami ditawari beberapa
opsi oleh Baba dan akhirnya sepakat untuk main ke daerah gurun yang agak tidak mainstream. Jadi jangan heran kalau
tidak ada pose bersama ‘unta’ dan jembatan di Telaga Biru.
Ini
pengalaman pertama kami main ke gurun pasir. Suka banget. Walaupun panas –
untungnya panas, daripada hujan, tapi worthed
banget. Sekadar informasi, kami nggak jalan sampai ujung- ujung karena daerah
ini sungguhlah luas.
Next kalau ke sini,
bakal coba main ke daerah Dompak dan pastinya nggak mau ya hari libur lagi. Ha
ha. Bagi teman- teman yang mau main ke Bintan, mau dapat feel alam yang bagus, ditambah waktu liburan yang terbatas, Trikora
dan Busung adalah pilihan yang tepat. Terlebih jika berkendara sendiri, silakan
eksplor setiap sudut yang ada karena Bintan itu indah. Selamat berlibur ^^
Be First to Post Comment !
Post a Comment