Saya tersenyum- senyum sendiri saat
mengetik judul postingan ini. Banyak kejutan- kejutan, kebanyakan di antaranya
manis, sehingga saya merasa harus menuangkannya ke dalam bagian khusus. Bagi
pencinta kopi, pencinta kedai kopi tepatnya, Chiang Mai adalah kota yang tepat
untuk ber-coffee shop hopping, mencicip kopi dan memenuhi galeri foto
dengan latar yang Instagram-able. Setidaknya itu yang saya konsep dan
rencanakan sebelum perjalanan ini dimulai.
Namun perjalanan ini sedikit mengubah
perspektif saya. Kedai kopi kedai kopi estetik tidak lagi menjadi fokus. Tentu
saja kalau lewat dan tertarik, saya pasti singgah. Namun ada tipe- tipe kedai
kopi, selain kedai kopi estetik, yang jauh lebih menarik hati dan menyentuh.
Ini menjadi pewarna manis dalam trip ke Chiang Mai kali ini. Sabar ya, akan
saya usahakan konsisten untuk menceritakan dan membagikannya kepada kalian
semua 😊
Setibanya di hotel dan menyegarkan
diri, saya dan Tili langsung bergerak ke tempat yang akan kami kunjungi sesuai
daftar yang telah kami susun. Adalah Coconut Market yang menjadi lokasi
pertama. Mengapa? Karena Coconut Market ini hanya buka di akhir pekan sementara
ini sudah Hari Minggu, yang artinya ini satu- satunya kesempatan bagi kami
untuk datang ke sini. Bukanya dari jam delapan pagi hingga jam tiga sore. Nah,
harus gercep nih.
Kami tiba dengan menumpang taksi
online. Kalau naik songthaew harganya lebih mahal karena driver-nya
bilang itu sudah di luar kota. Jarak dari hotel ke Coconut Market ini lumayan
jauh, sekitar 6,8km kalau lihat dari peta. Dan market ini lumayan luas
dengan beraneka ragam penjual makanan dan tempat duduk yang tersebar di mana-
mana. Sesuai namanya, ini adalah perkebunan kelapa. Siang itu cukup terik
sehingga kami mengurungkan niat untuk duduk di area yang terekspos cahaya
matahari.
Coconut Market cukup dipadati oleh
turis. Sepertinya lumayan terkenal. Kebanyakan di antaranya berbicara
menggunakan Bahasa Korea. Chiang Mai ramai turis dari negeri ginseng rupanya.
Kami pun mulai berkeliling dan jajan. Rata- rata cocok di lidah. Kami makan
sambil berkeliling.
Ternyata kemarin adalah hari anak dan
hingga hari ini masih ada acara untuk anak- anak. Panggung pun menjadi milik
mereka dalam peringatan tahunan ini. Anak- anak memakai kostum dan dirias
dengan cat warna- warni di wajah. Lucunya!
Di sini juga ada beberapa kedai kopi.
Namun yang menarik perhatian adalah kedai kopi dengan tenda yang menjual
Turkish Coffee. Baiklah, saatnya mengisi perut sebelum mulai mengopi. Kami pun
jajan es krim kelapa. Ini juga enak banget sih. Wajib coba ya kalau ke Coconut
Market. Sepertinya cerita pembuka ini cukup panjang ya. Yuk, kita mulai cerita kopi siang itu.
Tili bukan peminum kopi seperti saya,
namun dia bersedia untuk menemani saya ngopi. “Nggak lama kok, selesai minum
kita lanjut ya.”
Kami pun kembali ke kedai kopi tenda
tadi dan saya langsung mengambil tempat duduk di area dekat alat Turkish Coffee
itu. Sempurna untuk mengamati proses pembuatan kopi. Memang kalau duduk di area
bar saat berada di kedai kopi itu paling seru.
K, sang barista sekaligus pemilik
kedai kopi itu sangat ramah dan fasih berbahasa Inggris. Kami banyak bertukar
cerita dan kedai kopinya ini hanya buka di akhir pekan, di Coconut Market ini.
P (Phi: sebutan untuk kakak atau abang) K punya passion di dunia beverage.
Selain kopi, ia meracik minuman lain, bahkan ia juga membuat bir sendiri.
Saya menikmati kopi ala Turki siang
itu. P K juga membuatkan lemonade untuk kami. Segar sekali. Katanya ia
juga membuatkan minuman untuk anak- anak di hari anak kemarin. So nice 😊
Kami pun kembali mengobrol dan P K
mengeluarkan candied lemon yang ia racik untuk kami coba. Awalnya saya
ragu. Irisan lemon pastilah terasa sangat asam. Ternyata lezat sekali. Pengin
nambah tapi tahu diri lah ya. Ha ha. Bukan karena gratis ya, tapi semua yang
dibuat P K itu enak- enak dan cocok di lidah.
Tidak berhenti sampai di sini, P K
memberi kami nitro cold brew yang juga nikmat sekali. Sepertinya perut saya
mulai penuh oleh cairan. Sebelum pulang, saya membeli biji kopi hasil sangrai P
K. Seadanya saja karena memang cuma ditunjukkin tanpa niat dijual. Tapi
wanginya itu terlalu banget dan saya tentunya sudah tidak bisa memesan kopi
lagi karena sudah penuh dan memang ada agenda ngopi di tempat selanjutnya.
Karena memang baik orangnya, biji
kopi itu masuk juga ke dalam ransel saya. Bayar ya tetap. Jangan semuanya
gratisan. Saya kembali dengan hati yang hangat dan terharu. Astaga, ini baru
sesapan kopi pertama saya di Chiang Mai dan saya sudah diguyur keramahan
semacam ini. So happy and feel blessed. Wish you all the best and
hope all your plans run well, P K!
Perjalanan di Coconut kami akhiri dengan jajan sebelum hopping ke market
selanjutnya. Sampai berjumpa di kisah kopi dan keajaiban lainnya di Chiang Mai!
Be First to Post Comment !
Post a Comment