Sebuah Jurnal

Hari 2- Eksplorasi Tumpak Sewu



Pagi itu langit seakan turut mendukung kami untuk melakukan aktivitas alam. Ya, hari ini kami akan mengunjungi salah satu air terjun ter-hits se-Malang Raya. Katanya kalau ke Malang wajib main ke Tumpak Sewu yang berlokasi di Lumajang. Oleh karena itu, saat perjalanan ini disusun, kami menyelipkan agenda ke Tumpak Sewu setelah konsultasi ke operator tur.

 

Kami dijemput jam tujuh pagi sehingga kami memutuskan untuk menyarap di hotel saja. Kami menggunakan operator Smartway ID. Driver yang akan mengantar kami tiba tepat waktu. Setelah dihubungi, kami turun ke lobi. Di mobil sudah tersedia roti dan air minum kemasan untuk kami. Kami pun berangkat dengan semangat yang masih menggebu- gebu.

 

Kami pun tiba di titik kumpul setelah melalui dua setengah jam perjalanan. Awalnya kami harus bergabung dengan peserta lain. Namun akhirnya entah karena alasan apa, jadinya kami private group. Yeay! Pemandu kami hari itu adalah  Mas Dadang.

 

View dari penatapan

Setelah semuanya siap, kami memulai petualangan baru kami. Awalnya masih mulus. Saya sudah senang duluan. Ternyata benar kata pihak Smartway, medannya tidak sulit dan bisa juga untuk orang yangjarang berolahraga seperti saya. Setibanya di penatapan, kami berdecak kagum karena Tumpak Sewu begitu indah.

 

“Yuk turun!” seru Mas Dadang

 

Ha? Jadi kami akan turun dan melihat secara langsung air terjun itu. Membayangkannya membuat saya cemas. Air terjun terlihat cukup jauh. Tapi baiklah. Mari kita coba. Dan pengalaman ini menjadi pengalaman alam paling mendebarkan dalam hidup saya setelah rafting di Sei Bah Bolon beberapa tahun lalu.

 

Salah satu medan yang harus dilalui. Menuruni bebatuan.
Pegangannya ya tali itu.

Trekking ke Tumpak Sewu ini selain membuat saya pengin nangis juga membuat saya senang. Kenapa pengin nangis? Karena jujur, alam bukan medan saya. Saya terbiasa melakukan perjalanan tapi kebanyakan itu city trip. Teman- teman yang sudah baca jurnal saya pasti tahu.

 

Medan kali ini begitu baru. Tidak pernah saya coba sebelumnya. Saya harus melewati bebatuan berair – yang curam dan licin –  menyeberangi sungai dengan arus yang cukup mengerikan versi saya, dan melewati medan- medan lain yang tidak kalah ekstrem. Saya beruntung dan sangat berterima kasih kepada Mas Dadang yang super sabar menuntun saya, dan tentunya kepada partner trip saya kali ini: Dewi dan Daniati, yang sangat mandiri dan pemberani sepanjang trip. Bayangin saja kalau mereka juga incess seperti saya. Waduh! Bisa- bisa nggak jadi trekking dan kami semua balik. Ha ha.

 

Telaga Biru

salah satu akses untuk ke Telaga Biru


Yang membuat senang dan bahagia adalah kekaguman atas alam yang begitu indah. Tumpak Sewu menakjubkan. Walaupun hampir tidak sanggup melewati medannya yang sangat ekstrem (ini menurut saya pribadi ya), saya tidak dapat mendeskripsikan betapa senangnya saya karena sudah berani dan akhirnya aktivitas ini dapat terselesaikan dan saya masih bisa menuliskannya hari ini. Saya berhasil keluar hidup hidup!!! *lebaayy*

 

Akses menuju Goa Tetes. Saya tidak ikut dan menunggu di sini saja karena tidak sanggup.

Ini adalah pengalaman sekali seumur hidup yang harus teman- teman coba. Saya hanya bisa berdecak kagum dan bersyukur memiliki kesempatan untuk menikmati alam yang luar biasa di Tumpak Sewu ini. Sungguh. Dari Medan, dua minggu sebelum berangkat, saya selalu menyempatkan diri untuk berolahraga ringan walau sekadar jalan sore. Namun apa daya, pekerjaan yang tidak menentu membuat saya hanya bisa melenturkan otot- otot saya yang kaku setiap akhir pekan. Ha ha.

 

Durasi trekking kami kurang lebih tiga jam. Dengan hasil akhir kaki menjadi super pegal yang masih terasa hingga trip kami ke Batu. Jadi saya sarankan jika teman- teman ingin mengikuti trip ini, siapkan stamina dan mental yang bagus ya. Kalau bisa jangan incess seperti saya deh. Ha ha.

 

Karena tidak dijelaskan dengan rinci oleh operator tur, saya share beberapa keperluan untuk trekking ya agar teman- teman bisa prepare.

 

Pakaian

Senyamannya.

Kenakan pakaian yang nyaman. Karena medannya naik turun, saya sarankan pakai baju seperti kaos dan celana yang ringan. Waktu itu saya pakainya kaos dan celana pendek. Sangat membantu karena baik baju dan celana pasti basah. Hindari jins ya karena bakal tambah berat kalau sudah basah.

 

Tapi nanti jadi ngga bisa dong foto estetik? Tetap bisa kok. Kan view- nya yang jadi highlight. Pakai baju apa saja juga bagus. Kalau punya pakaian tema earth tone, nah boleh nih ^^

 

Baju ganti dibawa juga ya agar tidak masuk angin setelah trip selesai.

 

Alas Kaki

Nah kalau alas kaki, pakainya juga yang nyaman dan anti licin ya. Karena yang dilewati itu bebatuan yang dialiri aliran mata air, jadi pastikan alas kakimu tidak licin. Waktu itu saya pakai sandal gunung, tetap saja berasa licin. Boleh juga drop di kolom komentar ya bagi yang punya saran mau pakai sepatu seperti apa.


Bawaan

Air mineral wajib dibawa ya. Teman- teman yang mau bawa tas, disarankan pakai dry bag saja untuk menampung barang- barang agar tidak basah dan kalaupun jatuh ke sungai atau permukaan air, masih aman.

 

Sarung ponsel anti air juga dibawa. Sebelum berangkat, saya belikan juga sekalian untuk teman- teman dan ternyata sangat  bermanfaat agar ponsel tidak basah kuyup. Yang bawa kamera dan hanya digantung di leher, sebaiknya juga pakaikan pelindung kameranya ya. Waktu itu hujan di sepanjang perjalanan pulang. Kaos saya sudah basah dan kamera saya juga ikutan basah kena air hujan.

 

Bawa juga uang pecahan kecil ya. Ini akan digunakan saat kita ma uke toilet, untuk buang air ataupun mandi setelah selesai trekking. Juga untuk ongkos ojek saat kaki sudah gemetar di finish point dan teman- teman berencana naik ojek untuk kembali ke titik kumpul tempat mobil diparkir. Tarifnya Rp. 10.000,- per ojek.


Selesai sudah eksplorasi Tumpak Sewu ini. Seru dan menantang. Once in a life experience. Kali kedua? Mungkin saya akan pilih untuk eksplorasi Kota Malang karena masih banyak yang belum dikunjungi. Selamat berpetualang!

Be First to Post Comment !
Post a Comment