Sebuah Jurnal

Hidden Gem di Pasar Santa: Post Book, Kawaki Roastery, dan Sate Padang Ajo Ramon



Sedikit interupsi di tengah postingan perjalanan saya ke Malang dan sekitarnya, saya hampir lupa untuk membagikan keseruan di Pasar Santa sebelum saya pulang dari Jakarta. Sebelumnya sudah saya kepoin dulu pasar yang satu ini. Mohon maaf karena saya bukan tipe yang bisa mendadak ke mana-mana – atau saya akan terserang panik jika belum tahu mau ngapain kalau sudah datang ke suatu tempat.


Buru- buru saya berangkat ke Pasar Santa sepulang dari Cileungsi. Bus berhenti di Senen dan saya mulai mencari moda transportasi Bernama Trans Jakarta kemudian melanjutkan dengan bajaj agar bisa sampai Pasar Santa. Tolong bantu infokan ke saya jika ada alternatif transportasi lain yang bisa saya coba. He he.

 

Setibanya di Pasar Santa, suasana pasar terlihat sepi. Entah karena sudah siang atau karena masih bulan puasa sehingga banyak toko yang tutup, saya tidak tahu pasti. Syukurlah dua dari tiga tempat yang saya masukkan ke daftar, buka. Ayuk!

 

Post Book

Seperti namanya, tempat ini berkaitan dengan buku. Post Book merupakan penerbit buku dalam negeri yang membuka toko buku mereka di Pasar Santa. Di tengah gelapnya suasana Pasar Santa, toko buku ini menjelma menjadi sebuah oase yang melegakan mata dan menyegarkan. Saat pintu toko ini dibuka pun, hawa sejuk langsung membelai saya dan Mama yang sudah kepanasan.



 


Selain paling terang, Post juga menjadi toko paling menggemaskan di area itu. Saya pribadi suka dengan toko buku yang tidak besar ini. Selain deretan buku yang dijual, ada sebuah meja dengan beberapa kursi yang bisa jadi tempat untuk membaca atau mengerjakan tugas.

 

Saya membeli dua buah buku karya penulis dalam negeri yang berjudul Cerita Cerita Jakarta yang merupakan buku kumpulan cerpen yang menggambarkan kehidupan di ibu kota. Saya lumayan suka walaupun ada beberapa cerita yang sudah coba saya pahami dengan membaca berulang namun masih juga tidak saya pahami.

 


Satu lagi bukunya berjudul Semasa. Kisah ini lumayan menarik menurut saya. Tema pindah rumah menjadi pembuka yang membawa pembaca ke kisah persaudaraan yang tumbuh di rumah itu. Keren menurut saya, karena awalnya saya pikir akan membosankan. Ternyata jatuhnya pas, melankolis, dan tidak dipaksakan.

 


Eh, jadi review buku deh saya. Ha ha. Selain buku lokal, toko buku ini juga menjual buku impor. Silakan melihat- lihat dan bungkus saja jika ada yang cocok. Setelah membayar kedua buku itu, saya pun lanjut mencari kedai kopi yang ada di sini.

 

Kawaki Roastery

Kawaki berlokasi di area basement di Pasar Santa. Awalnya saya tidak menemukan kedai kopi ini. Setelah mencari- cari, ternyata kedai kopi ini bisa langsung terlihat dari pintu masuk, namun dari pintu arah lain, bukan dari arah tempat saya turun dari bajaj. 





 


Kesan pertama membuat saya kagum. Kalau kata milenial sekarang, kedai kopi ini estetik. Dengan sentuhan kayu yang minimalis, untuk memunculkan tema jejepangan. Kedai kopi ini cukup mini. Jadi kalau sekali datang langsung rombongan besar, tidak muat.

 


Saya pun mulai memesan. Es kopi susu dulu ya. Harganya 18 ribu segelas. Mereka menjual croffle juga. Seporsi isi dua harganya 14 ribu. Sambil menunggu pesanan saya datang, saya melihat- lihat dan tentu saja foto- foto. Sebagai informasi, pemilik Kawaki ini lulusan ABCD juga.

 


Pesanan saya pun datang. Lagi- lagi saya kaget. Untuk ukuran kopi seharga 18 ribu, ini nikmat banget. Nggak butuh waktu lama untuk menyeruput habis kopi ini. Ditambah kami sudah kepanasan lagi. Tapi beneran, ini enak. Bukan karena rasa haus ataupun panas.

 

Dan croffle-nya juara. Saya masih ingat waktu itu saya ditanya kakaknya apakah mau ditaruh maple syrup atau tidak, saya menjawab mau. Tidak ada biaya tambahan. Terpenting: croffle-nya matang! Saya pernah membeli croffle yang jauh lebih mahal dari ini dan tidak matang. Ini sungguh best deal!

 


Karena saya baru tahu kepopuleran lychee tea, maka saya coba pesan di sini. Harganya 15 ribu segelas besar. Dan cucmey kawan- kawan! Baru saja duduk tidak sampai satu jam dan rasanya sudah pengin jadiin tempat ngopi tetap kalau di Medan ada yang persis beginian. Ha ha.

 

Kawaki juga menjual biji kopi yang di-roasting sendiri. Kedainya tepat di sebelah. Saya mencoba membeli Santa Blend mereka untuk dibawa pulang. Dan jujur kurang nendang di lidah saya. Ini pendapat saya pribadi ya. Selera setiap orang berbeda, bisa jadi cocok di kalian, kurang cocok di saya.

 

Hari beranjak sore dan saya masih harus balik ke CP untuk menukar baju yang tidak pas ukurannya. Mari pulang!

 

Sate Padang Ajo Ramon

Keluar dari Kawaki, rencananya mau pulang. Tapi lapak sate padang yang lumayan besar ini sanget menyita perhatian. Dan penjual tengah sibuk membungkus sate pesanan. Juga antrean yang tidak panjang tapi lumayan. Terlalu sayang untuk dilewatkan. Mari bungkus satu.



 

Ternyata ini sate padang terkenal di Jakarta. Bagi saya yang baru saja tahu, tentu saja ini menjadi hidden gem bagi saya. Rasa satenya enak dan lembut. Hanya saja lontongnya agak padat. Kuahnya juga masih aman walau saya bawa ke mall dulu baru kemudian makan di hotel. Wajib coba nih buat para pencinta sate padang kalau lagi main ke Jakarta.


Itu dia tiga tempat rekomendasi saya di Pasar Santa yang sudah langsung saya coba. Seru dan akan lebih menyenangkan kalau tidak buru- buru. Karena tidak jauh dari sini ada M Bloc Space yang sebenarnya masuk daftar saya tapi tidak sempat dikunjungi. Mungkin kesempatan selanjutnya ya akan dikhususkan untuk eksplor area Blok M. Sampai jumpa!

Be First to Post Comment !
Post a Comment