Silakan titik- titik
di atas diisi sendiri ya. Kalau saya lebih senang isiannya asmara, jadinya
Bandung Lautan Asmara *ngarep*
Memang suasananya
mendukung banget. Siang harinya mengunjungi Kawah Putih dengan yang memesona,
ditambah dengan udara sejuk, dan suasana kota yang membangun mood jadi mellow- mellow gimana gitu *lebay,
abaikan saja*
Masjid Raya Bandung |
Menjejak inti kota Bandung di malam hari sangat menyenangkan. Setelah menyantap Batagor khas Bandung, mobil melaju ke Asia Afrika. Setelah memarkirkan mobil, kami berjalan ke alun- alun Bandung. Masjid Raya Bandung berdiri dengan kokoh. Warga sudah berkumpul dan menikmati malam di sana.
Berjalan terus mengikuti
arah hati hingga sampai di Jalan Asia Afrika. Jantungnya kota Bandung. Gedung-
gedung warisan Belanda berderet di sepanjang jalan. Nuansa kolonial yang
eksklusif sangat terasa. Pejalan kaki dan artis jalanan memenuhi sisi jalan.
Menyusuri Jalan Asia
Afrika tak lengkap rasanya kalau tidak melangkahkan kaki ke Jalan Braga. Sama seperti
Asia-Afrika, jalan ini juga sangat kental dengan nuansa kolonial.
Museum Konperensi Asia Afrika |
Dan saya setuju
dengan kalimat dari Akang Pidi yang berbunyi, “Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah
geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku ketika sunyi.”
Kami berkeliling
ramai- ramai. Bagaimana ya rasanya jika berjalan sendirian menyusuri Asia
Afrika dan Braga? Mungkin sukses bikin baper ya. Mencari belahan jiwa dan raga
di Braga, siapa tahu berjodoh dan jumpa. Kini, satu yang tertinggal di sana. Rasa..
wah keren2 foto di malam harinya
ReplyDeleteiya mbak..lebih keren kalau langsung main ke sana :D
Delete